Islam sangat mengecam perbuatan memfitnah orang lain.
Memfitnah itu lebih kejam daripada membunuh. Artinya, berbuat
fitnah itu lebih besar dosanya daripada membunuh. (QS. Al-
Baqarah : 217)
Ali bin Abi Thalib RA. pernah menyebut orang yang membiarkan
lidahnya bebas tak terkendali dalam menyebarkan keburukan
dalam masyarakat adalah pendosa besar. "Orang yang
mengatakan sesuatu keburukan dan orang yang membiarkannya
adalah sama-sama berdosa," ujar Khalifah Ali.
Al-Quran telah memperingatkan akan beratnya siksa bagi orang-
orang yang suka memfitnah atas kehormatan seseorang dan
mengatakan tentang kesalahan-kesalahan tersembunyi mereka.
"Sesungguhnya, orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan
yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman,
bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat." (QS. Annur :
19)
Pada hakikatnya, kebiasaan memfitnah itu lahir dari rasa dengki,
sombong, angkuh, tidak menerima kebenaran, dan menganggap
orang lain lebih rendah daripada dirinya. Memfitnah adalah
tindakan yang paling kejam sebab bisa berdampak pada
kehancuran, kemusnahan, dan permusuhan. Ketika Rasulullah
SAW. ditanya sahabatnya, "Siapakah Muslim yang terbaik ya
Rasulullah ?" Beliau menjawab, "Seseorang yang selamat dari
lidah dan tangannya." (Muttafaq'alaih)
Untuk itu, Islam memberikan solusi terbaik untuk menghindarkan
diri dari perilaku memfitnah.
Pertama, jangan suka menggibah dan mencari-cari kesalahan
orang lain. Menyebar gibah dan mencari-cari kesalahan orang lain
merupakan perilaku yang sangat dibenci dan harus dihindari. Allah
SWT. berfirman, "Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang
lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain. Sukakah salah satu dari kalian memakan daging saudaranya
yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Penerima Tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hujarat : 12)
Kedua, jangan suka memata-matai orang lain. Memata-matai
kekurangan orang lain, apalagi untuk disebarluaskan adalah
perilaku yang sangat tidak terpuji. Ia sibuk melihat kekurangan
dan kesalahan orang lain sedangkan ke kurangan dinnya sendiri
terlupakan. Rasulullah SAW. bersabda, "Jangan suka menyelidiki,
mematai-matai, dan menjerumuskan orang lain. Jadilah kalian
sebagai hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga, jangan suka menyebarkan kekurangan orang lain. Orang
yang gemar membicarakan kekurangan orang lain, sejatinya ia
sedang memperlihatkan jati dirinya yang asli. Semakin banyak
kekurangan yang ia bicarakan / sebarkan, maka semakin jelas
keburukan diri si penyebar.
Keempat, jangan suka mencurigai orang lain. Allah SWT.
berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purbasangka kecurigaan), karena sebagian dari purbasangka itu
dosa." (QS. Al Hujurat : 12)
Kelima, tidak merendahkan orang lain. Sebab, bisa jadi orang yang
direndahkan lebih baik dan terhormat daripada orang yang
merendahkan. Allah SWT. berfirman, "Hai ofang-orang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu
lebih baik." (QS. Al Hujurat : 11)
Keenam, membiasakan klarifikasi (tabayun). Allah SWT berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu." (QS. Al Hujurat : 6)
Dengan demikian, "Sungguh, bahagia orang yang dijauhkan dari
fitnah. Sungguh, bahagia orang yang dijauhkan dari fitnah.
Sungguh, bahagia orang yang dijauhkan dari fitnah dan orang
yang diuji lalu sabar. Sementara itu, kecelakaan berhak dirasakan
orang yang berinteraksi dengan fitnah dan berbuat (berusaha
mencarinya) di dalamnya." (HR. Abu Dawud). Wallahualam.
Comments
Post a Comment